Description
Esai-esai Kiai Dar (panggilan akrab K. A. Dardiri Zubairi) di dalam kumpulan ini memberi suatu alarm agar para potoh Madureh (cucu orang Madura) waspada dengan perubahan itu. Beliau meninjau beberapa lokasi dan melaporkan beberapa kasus. Bak seorang etnografer, Kiai Dar menjadi pengamat yang terlibat dalam kasus-kasus agraria dan lingkungan hidup. Meski sebatas di Sumenep, kabupaten di tempat beliau tinggal, pengamatan beliau dapat juga diterapkan di kabupaten-kabupaten lain di Madura (Bangkalan, Sampang, Pamekasan), dengan kekhasan wilayah kepulauan yang mengitarinya.
Berjalannya kapitalisme di Madura (yang dimulai dari era kolonial hingga kini) tentu berkaitan arus migrasi orang Madura ke luar daerah, fenomena kemiskinan, kriminalitas, dan kepadatan penduduk. Kapitalisme selintas membawa kemajuan ekonomi, namun di sisi lain, secara kontradiktif melahirkan ketimpangan dan keterpinggiran pada sebagian besar warga yang lain. Pengamatan seorang kiai seperti Kiai Dar memiliki kekhasan, karena turut menyertakan keprihatinan agama. Bisakah kekuatan agama (dimotori alim ulama) mengerem kapitalisme di Madura? Dapatkah kekuatan budaya keagamaan ala Nahdliyin di Madura memangkas ekses-ekses kapitalisme dan menjaga budaya agraris dan maritim khas orang Madura? Jawabannya perlu dicari bersama-sama dengan menelaah esai-esai buku ini. Kemudian menindaklanjutinya dengan gerakan agama, politik, ekonomi, dan kebudayaan yang konkret dan istiqamah di lapangan.
Muhammad Al-Fayyadl
Reviews
There are no reviews yet.